This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, December 29, 2020

Serapan Cafe dan Kedai Kopi Meningkat

Kabar baik bagi para produsen kopi.  Gaya hidup milenial tak hanya melahirkan start up yang mampu mengekspor kopi asal Jatim ke Amerika, tapi juga kian menjamurnya kafe dan kedai kopi di berbagai kota. Dan itu membuat serapan mereka terhadap kopi pun kian meningkat. Menurut Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) pertumbuhan usaha kedai kopi tahun 2020 diperkirakan mencapai 25%-30%. Bertambah 5% dari tahun sebelumnya yang "hanya" 15% hingga 20%.

Sayang, SCAI tak menyebut berapa persisnya volume serapan cafe dan kedai kopi lokal itu. Hanya, menurut  Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono, serapan kopi dalam negeri mencapai 300 ribu - 350 ribu dari total produksi kopi nasional.

"Total serapan kopi dalam negeri yang diprediksi mencapai 300.000 sampai dengan 350.000 ton, dari total produksi nasional 760 ribu ton. Ditjenbun mempunyai program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (GRASIDA), kita akan mendukung program tiga kali ekspor (Gratieks)," ujar Kasdi Subagyono.

Sementara itu, beberapa waktu silam, sebuah perusahaan riset menyebutkan bahwa 60% pasar kopi nasional dikuasai Kapal Api Group. Dan itu, menurut pihak Kapal Api, menyangkut volume kopi sebesar 60 ribu ton per tahun. Mengacu kepada data ini, 100 tibu ton kopi kita diserap industri kopi dalam negeri. Khususnya berupa kopi bubuk kemasan.

Kalaulah, serapan industri kopi itu mengalami kenaikan 5%-10% dibandingkan angka tersebut, maka kini mereka menyerap 105 ribu - 110 ribu ton produk kopi nasional.

Sumber: sindonews dan lainnya.
 

Saturday, December 26, 2020

Pandemi dan Tren Bisnis Kedai Kopi

Pandemi corona mengubah tren bisnis kopi pada 2021. Pemilik usaha kedai kopi diperkirakan semakin bersaing memperebutkan pelanggan dengan sajian minuman kopi berkualitas, harga terjangkau dan konsep gerai lebih sederhana. Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Moelyono Soesilo mengatakan pandemi corona menyebabkan permintaan dan konsumsi kopi dari hulu hingga hilir menurun. 

Dari sisi hulu, permintaan kopi arabika mengalami penurunan baik di sisi ekspor maupun perdagangan lokal. Sedangkan robusta mengalami anomali, karena pada awal pandemi permintaan naik cukup tinggi didorong kekhawatiran terjadinya karantina wilayah (lockdown). 

Pandemi yang terjadi di seluruh dunia, juga mengubah kebiasaan orang tetap di rumah (stay at home) dan bekerja dari rumah (work from home/WFH). Hal ini ikut mengubah kebiasaan orang menikmati kopi di kedai atau kafe, sehingga bisnis hilir terpukul.

Kafe kini tidak lagi dikunjungi sebagai tempat pertemuan (meeting point) atau lokasi bekerja selama pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selain itu, dengan kondisi perekonomian saat ini konsumen cenderung membelanjakan uangnya untuk kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan nonpremier. "Sehingga ada pergeraseran konsumsi kopi konsumen dari kafe high class ke tempat lebih sederhana. Kedai kopi pinggir jalan dengan ruang terbuka kini peminatnya banyak," katanya dalam diskusi Indonesia Industry Outlook 2021  pekan lalu.

Kafe kini tidak lagi dikunjungi sebagai tempat pertemuan (meeting point) atau lokasi bekerja selama pandemi dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selain itu, dengan kondisi perekonomian saat ini konsumen cenderung membelanjakan uangnya untuk kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan nonpremier. "Sehingga ada pergeraseran konsumsi kopi konsumen dari kafe high class ke tempat lebih sederhana. Kedai kopi pinggir jalan dengan ruang terbuka kini peminatnya banyak," katanya dalam diskusi Indonesia Industry Outlook 2021  pekan lalu.

Hingga saat ini, Kopi Kenangan menurutnya telah memiliki 400 gerai di sejumlah lokasi. Jumlah gerai ditergetkan mencapai 500 unit hingga akhir tahun. Pada 2021, ekspansi gerai offline akan tetap dilanjutkan terutama di luar Jawa. Perusahaan juga sebelumnya berencana melebarkan sayap dengan ekspansi ke Asean, namun harus tertunda karena ada pandemi corona. Sebagai gantinya, Kopi Kenangan akan meluncurkan brand dan produk baru di segmen makanan. Bisnis ini merupakan pelengkap dari usaha kopi yang sudah ada sebelumnya. Ruth juga mengatakan, beberapa merek yang akan diluncurkan ini merupakan pengembangan sendiri. Namun, perusahaan juga tidak menutup kemungkinan mengakuisisi merek lain yang dinilai menarik dan kompetitif.

Pada tahun lalu, Kopi Kenangan mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$ 20 juta atau setara Rp 280 miliar. Pendanaan dipimpin oleh Sequoia India dengan beberapa investor lain yang berpartisipasi termasuk rapper Jay-Z dan petenis Serena Williams. 

Seperti diketahui, krisis kesehatan Covid-19 menyebabkan gerai kopi mulai lesu. Tutupnya pusat belanja dan pembatasan jam operasional fasilitas publik seperti stasiun dan sebagainya turut memukul usaha gerai kopi. 

Agar bisa bertahan di tengah situasi saat ini dan merespons permintaan konsumen yang berada di rumah,  beberapa kedai kopi pun ikut menjual penjual kopi dalam konsep literan. Maxx Coffee, Roempi Coffee, Kopitagram, dan menjual kopi dengan satuan liter di e-commerce. 

Starbucks juga menjual kopi literan seperti Emerald Green Tea Latte, Creamy Vanilla Latte, Hibiscus Tea Lemonade. Produk ini bisa dipesan melalui GoFood dan GrabFood.  

Sementara itu, riset Inventure dan Avara menunjukkan, terbatasnya aktivitas di luar rumah menyebabkan konsumsi kopi sachet meningkat. Kopi sachet menempati urutan pertama sebagai kopi yang paling diminati konsumen selama pandemi yaitu sebesar 48,4%. 

Berikutnya, kopi kemasaan sebesar 36,3% dan paling akhir adalah paket manual brew yaitu 16,7%. 

"Pandemi telah mengubah secara drastis perilaku para penikmat kopi. Di era leisure economy konsumen lebih suka nongkrong di kedai kopi, kini di era pandemic economy mereka terpaksa beralih ngopi di rumah," ujar Managing Partner Inventure Yuswohady, dalam risetnya.  




Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian konsumsi kopi nasional pada 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dan tumbuh 10,54% menjadi 276 ribu ton. 

Konsumsi kopi Indonesia sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22%/tahun. Pada 2021, pasokan kopi diprediksi mencapai 795 ribu ton dengan konsumsi 370 ribu ton, sehingga terjadi surplus 425 ribu ton.

SUMBER: katadata.co.id 

Tren Bisnis Kopi dan Perkembangannya

Perkembangan tren kopi di Indonesia berlangsung cukup pesat selama beberapa waktu belakangan ini. Lebih dari sekadar aktivitas, minum kopi sudah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup.

Bahkan saat ini kopi tidak lagi hanya untuk menghilangkan rasa kantuk, tapi juga menjadi teman setia saat nongkrong dengan teman atau sambil kerja. Menariknya, walaupun mungkin baru membeludak 1-2 tahun terakhir ini, sebetulnya tren bisnis kopi sudah dimulai sejak tahun 2014.

Hal tersebut disampaikan oleh seorang pemerhati gaya hidup dan makanan, Kevindra Soemantri, seperti yang dikutip dari Kompas.com. Peningkatan konsumsi kopi ini diikuti juga dengan kebiasaan nongkrong di kedai kopi.

Saat ini, Anda bisa dengan mudah menemukan kedai kopi di berbagai kota di Indonesia. Tidak mengherankan kalau tren bisnis kopi terus meningkat.

BISNIS KOPI DIPREDIKSI MASIH AKAN TERUS BERKEMBANG

Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian menyebutkan bahwa pada 2016 lalu saja, konsumsi kopi nasional sudah mencapai 249.800 ton. Menginjak tahun 2018, jumlah tersebut meningkat hingga 314.400 ton.

Tingginya tingkat konsumsi pun memberikan dampak pada bisnis kopi di Indonesia. Dikutip dari Bisnis.com, bisnis kedai kopi di Indonesia diprediksi akan mencapai angka 15% – 20%. Angka ini naik kalau dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya mencapai 8% – 10%.

Hebatnya, walaupun angka pada tren bisnis kopi sudah cukup tinggi, angka tersebut diprediksi masih akan terus naik. Pada tahun 2021 nanti, konsumsi kopi diprediksi bakal mencapai angka 370.000 ton.

TREN BISNIS KOPI YANG SUKSES DAPAT INVESTOR

Perkembangan bisnis kopi yang begitu pesat membuat banyak investor dan perusahaan ventura tertarik untuk berinvestasi pada kedai kopi. Sudah sejak tiga tahun terakhir ini, para investor menyuntikkan dana mereka ke berbagai kedai kopi.

Hal ini dianggap cukup mengejutkan mengingat selama ini kebanyakan investor hanya memberikan dana ke startup di bidang teknologi. 

Pada Januari 2019 lalu, ada dua brand kopi lokal yang mendapatkan dana investasi sebesar 8,5 juta USD atau sekitar Rp127 miliar dari Agaeti Venture Capital, SMDV, Insignia Ventures Partners, East Ventures, dan Pavilion Capital, serta 20 juta USD atau sekitar Rp288 miliar dari Sequoia India.

Investasi tersebut membuat dua brand kopi lokal ini semakin rajin membuka gerai baru dan ekspansi dengan sangat cepat.

Sedangkan bagi pengusaha kopi lainnya, keberhasilan dua brand kopi lokal ini meraih investasi membuka pasar bagi mereka. Artinya, brand lokal lain juga berpotensi dilirik oleh investor besar apabila memang memiliki bisnis yang menarik.

Investasi ini bisa membuat pengusaha lokal membuka lebih banyak gerai dan berekspansi semakin cepat di seluruh Indonesia.

RAGAM IDE BISNIS KOPI

Melihat tren kedai kopi kekinian yang melejit, Anda mungkin tergiur untuk memulai dan menggeluti bisnis satu ini. Namun, selain ide bisnis ini, masih ada pula ide bisnis lain yang berkaitan dengan kopi dan bisa Anda pertimbangkan, yaitu:

JUAL BIJI KOPI

Bisnis kopi satu ini membutuhkan koneksi dengan petani kopi, pabrik kopi, dan roaster. Anda bisa membeli biji kopi dari mereka, tentunya dengan harga lebih murah karena langsung dari tangan pertama. Lalu, Anda dapat menjual kembali biji kopi tersebut ke kedai-kedai kopi atau me-rebrand-nya kembali.

COLD BREW

Cold brew adalah teknik menyeduh kopi dengan air bersuhu ruang atau dingin selama kurang lebih 12-24 jam. Tidak perlu membangun kedai kopi, Anda hanya butuh alat khusus cold brew atau cold drip. Sajikan dalam botol dengan desain menarik, lalu pasarkan melalui media sosial.

GEROBAK KOPI

Di Indonesia, usaha gerobak kopi keliling sepertinya masih belum terlalu populer. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Anda untuk membuka pasar dan menjadi pioneer.

Kebanyakan gerobak kopi pun biasanya hanya menjual kopi kemasan. Anda bisa menawarkan es kopi kekinian dan berbagai menu lain dengan menjalani usaha starling atau gerobak kopi keliling.

Tren bisnis kopi memang sangat menarik untuk digeluti. Namun, mengingat ada begitu banyak kompetitor, penting bagi Anda untuk mengamati tren ini dan melihat peluang Anda. Semoga berhasil!

SUMBER: gobiz.com

Tuesday, December 22, 2020

Bisnis Kopi, Sampingan yang Menjanjikan

Baru ge (juge) bangun, belum ge mandi, belum ge nyarap, udah ngopi.

Penggalan lirik lagu nyeleneh Tabla karya musisi Anton Tabla yang dinyanyikan sendiri oleh sang penciptanya dalam dialek khas Betawi ini, sempat viral di media sosial pada tahun lalu. Ya, lirik lagu tersebut menggambarkan kebiasaan masyarakat yang gemar menyeruput kopi setiap hari, baik di waktu pagi, sore maupun malam.

Tren minum kopi memang semakin berkembang di Indonesia. Candu dari minuman berkafein tersebut terus menjalar ke semua kalangan, dari kaum remaja hingga orangtua.

Kini, budaya minum kopi bukan lagi sekadar penghilang rasa kantuk. Lebih dari itu, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Tak salah, jika konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat. Pada 2018, misalnya, data Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian menunjukkan, konsumsi kopi nasional mencapai sekitar 314.000 ton atau tumbuh 13,83% dibandingkan tahun 2017.

Tak pelak, bisnis kopi menjadi sebuah ladang usaha yang banyak diminati masyarakat di negeri ini, mulai dari mendirikan kedai kopi hingga menawarkan aneka jenis biji dan bubuk kopi dari seluruh daerah di Indonesia. Tak terkecuali, bagi para pekerja kantoran yang tergiur menjalankan usaha sampingan menjual biji dan bubuk kopi kemasan.

Salah satu pekerja kantoran yang jeli melihat peluang usaha dari penjualan biji dan bubuk kopi itu adalah Sebastian Poma Maro. Pria berusia 43 tahun ini mulai melakoni usaha sampingan menjual bubuk kopi kemasan sejak Januari 2019. Sebastian menjual kopi kemasan dan biji kopi (green bean) dengan brand Lingko Coffee.

Sebastian menuturkan, ia tertarik terjun ke bisnis kopi kemasan karena terdorong ingin membantu para petani kopi di daerah asalnya, yakni Desa Colol, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.

"Tujuan utamanya ingin membantu para petani di kampung halaman saya dalam pemasaran hasil pertanian berupa kopi. Saya beli biji kopi dari mereka dengan harga di atas pasaran di sana," kata karyawan di sebuah perusahaan importir food ingredients (bahan tambahan pangan) di Jakarta itu.

Teknik pengolahan kopi

Menurut Sebastian, Lingko Coffee berasal dari biji kopi jenis arabika. Dia memilih kopi arabika lantaran kopi jenis ini memiliki rasa dan aroma yang khas dengan kandungan keasamannya rendah. "Selain itu, zat kafein kopi arabika juga lebih rendah dibandingkan dengan jenis kopi robusta," imbuh ayah dua orang anak ini.

Saat ini, Sebastian menjual Lingko Coffee yang sudah diproses menjadi bubuk dalam kemasan seberat 200 gram dengan harga Rp 50.000 per pieces (pcs). Untuk biji kopi, Sebastian menjualnya secara kiloan dengan harga berkisar Rp 150.000 per kilogram (kg).

Pengolahan biji kopi yang dilakukan Sebastian menggunakan teknik full wash, di mana kopi dipetik kemudian dibuang kulit merahnya lalu dicuci dan difermentasi sampai kepada proses akhir mendapatkan green bean coffee. "Untuk green bean, biasanya kami menjualnya saat musim panen kopi yang berlangsung antara bulan Juli sampai Oktober," kata dia.

Meski usahanya baru seumur jagung, bukan berarti penjualan Lingko Coffee seret. Dalam sebulan, Sebastian mengaku bisa menjual kopi bubuk sebanyak 30 pcs. Sedangkan biji kopi, Sebastian bisa menjual sebanyak 30 kg. Dengan penjualan sebanyak itu, jika dihitung, total omzet yang bisa dipetik Sebastian berkisar Rp 6 juta per bulan. Adapun, marjin usahanya berkisar 10%.

Keberhasilan Sebastian memetik omzet sebesar itu, tak lepas dari strategi pemasaran yang diterapkannya. Salah satunya, Sebastian mengandalkan jalur pemasaran secara daring (online) dengan menawarkan produknya di marketplace Tokopedia dan media sosial seperti Facebook, Instagram dan Twitter.

Selain jalur online, Sebastian juga mengandalkan pemasaran lewat jalur luring (luar jaringan) dengan menerapkan strategi canvasing, yakni menawarkan produknya ke beberapa kedai kopi. "Dengan strategi pemasaran yang kami lakukan, sepertinya tahun ini penjualan Lingko Coffee bisa besar, karena promosinya gencar," kata dia.

Sebastian menambahkan, segmen pasar yang dibidik Lingko Coffee adalah kelas menengah ke atas. "Namun tidak menutup kemungkinan siapapun yang suka dengan kopi. Untuk sementara, pembeli paling banyak berasal dari pulau Jawa," imbuh Sebastian.

Bisnis sampingan dari jualan biji kopi dan bubuk kopi kemasan juga dilakoni oleh Ambara Muji Prakosa. Karyawan di salah satu media elektronik milik grup Bakrie ini sudah memulai usaha biji kopi sejak Mei 2017 dengan merek YoKopi. Ada dua varian kopi yang dijual pria yang akrab disapa Yoko ini, yaitu jenis arabika dan robusta.

Sama seperti Sebastian, Yoko juga menjual roaster coffee atau kopi yang sudah melalui proses sangrai terlebih dahulu. Yoko mendapatkan pasokan biji kopi dari beberapa daerah penghasil kopi, antara lain, dari petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Aceh (Sumatra), Toraja (Sulawesi), Bali, dan Flores (NTT).

"Yang paling laku kopi arabika dari Toraja, Gayo dan kopi dari Jawa. Mungkin konsumen sudah familiar dengan kopi dari daerah tersebut," kata Yoko.

Dalam sebulan, Yoko bisa menjual kopi bubuk kemasan 250 gram dengan harga berkisar Rp 75.000Rp 120.000. Menurut Yoko, perbedaan harga tergantung dari teknik pasca panen. Dia mencontohkan, biji kopi yang diolah dengan proses wine atau lewat fermentasi, harganya jauh lebih mahal dengan kopi yang diolah dengan teknik washed atau sering disebut proses giling basah (melibatkan banyak air).

Dalam sebulan, Yoko bisa menjual kopi dalam kemasan sebanyak 20 pcs. Dengan penjualan sebanyak itu, bisnis sampingan yang dijalankan Yoko bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,4 juta per bulan. Kecil memang. Yoko beralasan, minimnya omzet penjualan biji kopi itu lantaran saat ini dirinya sedang fokus mengembangkan bisnis kedai minuman kopi YoKopi.

Sebelum mendirikan kedai kopi pada Januari 2018, Yoko mengaku pernah menjual kopi bubuk kemasan hingga 20 kg atau sekitar 80 pcs. Artinya, dari bisnis sampingan ini, Yoko pernah meraup omzet hingga Rp 9,6 juta per bulan. "Kalau sekarang saya memang lebih fokus menjual kopi seduh. Kopi biji belum digarap serius lagi," ujar pria berusia 38 tahun itu.

Anda tertarik menjalankan bisnis sampingan menjual kopi? Tak ada salahnya mencoba. Tapi, sebelum Anda benar-benar terjun ke bisnis ini, ada baiknya mempertimbangkan beberapa hal.

Salah satu kendalanya, menurut Yoko, adalah sulitnya mendapatkan pasokan untuk beberapa jenis kopi dari daerah penghasil." Pasokan dari daerah tertentu sulit didapat, seperti biji kopi dari Wamena, Papua. Permintaan tinggi, tapi persediaan terbatas," ungkapnya.

Pasokan sulit didapat

Pendapat Yoko dibenarkan Stanlie Andika, penjual biji kopi kemasan 200 gram dengan brand Kopi Ogut.

Menurut Stanlie, pada saat-saat tertentu seperti akhir tahun, pasokan biji kopi sulit didapatkan di pasaran. "Saya sulit mendapatkan pasokan mungkin karena saya pedagang ritel kecil. Akhir tahun bahan sudah mulai langka, bahkan habis," kata pria yang berprofesi sebagai fotografer freelance ini.

Saat ini, dalam sebulan, Stanlie bisa menjual Kopi Ogut dengan harga berkisar Rp 50.000Rp 85.000 per kg sekitar 10 kg. Artinya, penjualan Kopi Ogut berkisar 50 pcs per bulan. Jika dihitung, omzet bisnis yang dipetik Stanlie dari bisnis kopi berkisar Rp 2,5 jutaRp 4,25 juta.

Selain seretnya pasokan, kendala lain adalah mendapatkan pasokan biji kopi yang berkualitas. Sebastian menilai, saat ini edukasi untuk para petani tentang pengolahan pasca panen untuk mendapatkan kopi yang berkualitas belum berjalan dengan baik.

Akibatnya, pedagang ritel sulit mendapatkan pasokan biji kopi yang kelas premium. Padahal, pedagang ritel seperti Sebastian harus membeli pasokan biji kopi jenis arabika dari pemasok berkisar Rp 200.000 per kg.

Adapun kendala lain yang bisa menghambat bisnis sampingan jualan biji kopi adalah merancang kemasan kopi. Menurut Sebastian, untuk membuat kemasan Lingko Coffee, ia menggunakan jasa percetakan label di Jakarta. Persoalannya, untuk membuat kemasan yang terbuat dari aluminium foil dilapisi kertas coklat pada bagian luarnya itu, ada minimum order yang ditentukan pihak percetakan.

"Kalau saya minimum order pemesanan kemasan dan label sebanyak 250 pcs," katanya. Nah, harga cetak kemasan Rp 5.000 per pcs.

Yang pasti, lanjut Sebastian, modal awal untuk menjalankan bisnis kopi terbilang tidak sedikit. Ia menuturkan, untuk memulai usaha biji kopi ini, dirinya harus merogoh kocek hingga Rp 50 juta. Dana sebesar itu digunakan untuk membeli biji kopi dari petani, ongkos transportasi, biaya sangrai, mencetak kemasan, membeli timbangan, dan perlengkapan lainnya.

Nah, jika Anda sudah siap mengantisipasi sejumlah kendala tersebut, saatnya untuk mencoba. Proses pengolahan biji kopi menjadi bubuk siap kemas terbilang tidak sulit. Anda tinggal memilih teknik pengolahannya seperti yang dilakukan Sebastian, Yoko atau Stanlie. Anda juga bisa memilih dalam melakukan proses pengolahan biji kopi, apakah dengan teknik natural, wine, honey, semi washed atau full washed. Selamat mencoba!

SUMBER; insight.kontan.co.id

Monday, December 21, 2020

Kopi Luwak tanpa Luwak

Kopi luwak datang kepada Sastia Prama Putri lewat kerinduan kepada kampung halaman saat menempuh pendidikan doktoral di Jepang. Dengan teknologi anyar, metabolomik, yang tengah dia pelajari, dia digerakkan pertanyaan: apa ya yang bisa dikembangkan dari produk khas Indonesia?

”Saya pikir, saya meneliti dan bekerja dengan teknologi yang sebenarnya bisa dimanfaatkan di Indonesia,” ujar dosen Universitas Osaka, Jepang, itu kepada Jawa Pos.

Metabolomik masih berupa ”jalan yang sepi” waktu itu. Belum banyak digeluti orang, otomatis masih sedikit yang paham. ”Lalu saya berpikir, kalau ingin mengaplikasikan teknologi metabolomik di tanah air, harus menggunakan komoditas penting di Indonesia, tapi bukan hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Sastia pun lantas mencari kopi apa yang pada 2011 sedang unggul. Ketemulah kopi luwak. Pada 2012 Sastia kembali ke Indonesia. Dia mengunjungi Institut Teknologi Bandung (ITB) serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember.

Sastia menanyakan apa masalah terbesar dalam industri kopi luwak. Ternyata waktu itu ada kesulitan dalam otentikasi kopi luwak. Ada yang dicampur, ada juga yang bukan kopi luwak.

Mulailah Sastia meneliti kopi. Hingga hari ini sudah ada empat publikasi ilmiah terkait riset tersebut. Sayangnya, itu tak mudah diaplikasikan ke industri. Sebab, ahli di bidang metabolomik tak banyak di Indonesia.

Latar belakang itu yang menggerakkan Sastia dan tim di ITB mengembangkan kopi luwak tanpa luwak. Caranya dengan mengisolasi bakteri dalam kotoran luwak.

Kemudian dicari mana yang mengakibatkan perubahan pada biji kopi. Setelah ketemu jenis bakterinya, baru dikembangkan. ”Ini sudah didaftarkan patennya sejak 2018,” ucapnya.

Tentu Sastia juga sangat berharap hasil penelitiannya bisa meningkatkan rezeki siapa saja yang bergelut dengan kopi. Dia ingin penelitiannya bisa dirasakan manfaatnya sampai ke petani di seluruh pelosok negeri. ”Kalau cupping score-nya di atas 80, harganya sudah tinggi. Saya impiannya gitu,” ujarnya.

SUMBER: jpnn.com

5 Gangguan Kesehatan karena Kebanyakan Minum Kopi

Merasa cemas dan gangguan pencernaan karena kebanyakan minum kopi? 

Kopi merupakan salah satu sumber kafein yang dipilih untuk menambah semangat dan produktivitas seseorang. Terlebih bila pekerjaan sedang menumpuk, dan kita nyaris tak bisa istirahat. 

Alhasil, kopi seperti sahabat baik di setiap harinya. Namun perhatikan lagi, apakah asupan kopi sudah berlebihan.

Dirangkum Popmama.com, inilah tanda bahwa kita sudah terlalu banyak minum kopi. 

1. Merasa cemas dan gugup

Melansir dari Mayo Clinic, asupan maksimal kafein per hari untuk seseorang dengan kesehatan yang normal adalah 400 mg. Itu setara dengan 4 gelas kopi.

Sedangkan jika berlebihan, maka bisa menimbulkan efek cemas dan gugup. Pada dasarnya, kafein bergungsi untuk meningkatkan kewaspadaan. 

Saat tubuh tidak bisa menerima lebih banyak lagi, maka kafein bisa memperparah rasa cemas dan berujung tidak bisa tidur meskipun mata sudah sangat lelah. 


2. Jantung terasa berdebar

Kafein juga bisa memicu peningkatan detak jantung. Ini disebabkan karena kafein dalam kopi memicu pelepasan hormon norepinefrin yang menghasilkan efek stimulasi yang mirip dengan adrenalin. 

Jika kopi terlalu banyak dari yang biasa dikonsumsi sehar-hari, maka bisa terjadi fibrilasi atrium atau perubahan irama detak jantung. 

Saat kamu bisa merasa jantung berdetak terlalu cepat dan debarnya teralu berasa, berarti itu salah satu tandanya. Biasanya efek ini dibarengi dengan sakit kepala mirip vertigo dan berujung pingsan. 


3. Merasa kembung dan sebah

Kafein dalam kopi bisa meningkatkan produksi asam pada lambung dan membuat peradangan di lambung. Kafein juga bisa membuat cincin otot kerongkongan rileks pada bagian bawah. 

Efeknya, asam lambung bisa naik sampai ke kerongkongan seperti pada penderita asam lambung. Yang dirasakan adalah kembung, sebah, dan sakit di ulu hati. 

Terlebih jika Mama memiliki riwayat penyakit maag, minum kopi terlalu banyak bisa membuat gangguan pada lambung. Pemanis buatan yang ada di dalam kopi bisa memperparah keadaan ini, lho. 


4. Mengalami diare

Asam pada kopi menyebabkan peningkatan produksi pada empedu di tubuh. Kopi membuat kantung empedu melepaskan empedu ke dalam usus. Inilah pemicu kenapa kopi bisa membuat seseorang merasa ingin buang air besar. 

Jika dikonsumsi secara berlebihan, maka bisa sampai berujung diare. 


5. Merasa sakit kepala 


Minum Kopi, Deteksi COVID-19

Kopi tidak hanya dinikmati rasanya, tetapi juga aromanya yang kuat. Karena aromanya itu, kini kopi dijadikan sebagai alat pendeteksi COVID-19 oleh para ilmuwan.

Minum kopi di pagi hari memang sudah menjadi gaya hidup. Tidak hanya sekadar minuman, kopi juga memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya dapat membangkitkan energi.

Dan baru-baru ini, kopi dijadikan sebagai alat pendeteksi COVID-19 oleh para ilmuwan. Itu dikarenakan kopi memiliki aroma yang begitu kuat. Mengingat matinya indra penciuman dan perasa merupakan gejala seseorang terkena COVID-19.

Gejala seperti itu dikenal juga dengan sebutan anosmia. Apalagi sekarang ini banyak Orang Tanpa Gejala (OTG) sulit mengetahui apakah dirinya terpapar virus corona atau tidak, lapor Daily Coffee (14/12).

Untuk menangani hal tersebut, para ilmuwan sensorik dan ahli epidemiologi penyakit menular telah mengembangkan program skrining dan pengujian yang berkaitan dengan indra penciuman sebagai tanggapan terhadap virus corona.

Awalnya, para ilmuwan khawatir bahwa penyakit itu mungkin telah memengaruhi neuron yang menyebabkan koneksi penciuman terancam. Meskipun tampaknya, penyakit ini hanya memengaruhi lapisan sel di hidup yang dapat pulih dalam waktu sekitar 14 hari.

Salah seorang ilmuwan, Profesor James Schwob dari Fakultas Kedokteran Universitas Tufts mengatakan bahwa cara mendeteksi COVID-19 menggunakan kopi sangat mudah.

"Caranya sangat mudah, secara obyektif oleh seseorang di rumah adalah mengambil kopi bubuk dan melihat seberapa jauh kamu dapat menciumnya," ujar Profesor James Schwob.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Richard Doty, Direktur Smell and Taste Center di Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania. Menurutnya, jika seseorang tak bisa mencium kopi, kemungkinan ia mengalami anosmia.

"Saat kamu mengunyah makanan, molekul naik melalui tepi rongga hidung untuk mencapai reseptor penciuman di bagian atas hidung," ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa kopi dan cokelat merupakan makanan yang memiliki rasa dan aroma yang kuat. Maka, kalau ada seseorang yang tak bisa merasakan itu perlu dipertanyakan.

Cara mendeteksi COVID-19 dengan kopi ini juga pernah dilakukan oleh seorang ibu. Diceritakan saat suatu sore, ibu itu membuat secangkir kopi hanya untuk membuktikan bahwa ia tidak dapat mencium dan merasakannya.

"Dia telah mendengar putrinya tentang anosmia terkait gejala COVID-19, jadi dia mencoba dengan mencium semprotan pembersih beraroma pinus dan tidak bisa mencium baunya," ujar Profesor Ilmu Pangan, Penn State dan Cara Exten, Asisten Profesor Epidemiologi, Penn State John E. Hayes.

Dengan itu, ibu tersebut lantas melakukan isolasi mandiri di rumahnya. Itulah mengapa para ilmuwan mendorong semua orang untuk aktif mencoba mencium sesuatu setiap hari.

Anosmia tiba-tiba yang tidak dapat dijelaskan adalah gejala spesifik COVID-19. Para ilmuwan mengatakan bahwa minum kopi dapat digunakan sebagai alat skrining rumahan harian terhadap COVID-19.